Telusuri

Ular Hijau



Perjalanan Xiao Bai dan Xiao Qing dalam mencari Xu Xian yang masih hidup harus terhenti oleh biksu super kuat, Fa Hai, dan menyebabkan Xiao Bai sendiri terkurung dalam sebuah pagoda bernama Leifeng Pagoda. Alhasil, Xiao Qing harus masuk ke sebuah tempat bernama Asuraville, sebuah dimensi di mana manusia yang belum selesai dengan masa lalunya berkumpul dan bertahan hidup dari serangkaian bencana alam yang mematikan.

Jika di dua film sebelumnya kita diperlihatkan pemandangan Cina kuno yang begitu indah dan menawan beserta rutinitas masyarakatnya, maka di film ini kita akan melihat modernitas. Gedung-gedung tinggi, kendaraan bermotor, senjata api, dan elemen modern lainnya menjadi latar utama. Namun, film ini tetap tidak menghilangkan unsur mistis dan fantasi yang menjadi ciri khas dua film sebelumnya.



Musuh-musuh yang harus dihadapi Xiao Qing di sini tidak terbilang begitu besar dan menyulitkan, tetapi tetap memberikan tantangan yang membuat perjalanannya penuh hambatan. Saya secara pribadi tidak terlalu paham beberapa simbolisme dan arti dari beberapa elemen dalam film ini, terutama mengenai siapa sebenarnya pria misterius yang berada di dekat Xiao Qing dari pertengahan hingga akhir cerita. Xiao Qing sendiri merasa bahwa pria itu adalah inkarnasi dari kakaknya, Xiao Bai.

Namun yang pasti, Light Chaser Animation tidak pernah gagal dalam menyuguhkan aksi dan animasi yang memukau mata. Visualnya berhasil memadukan elemen tradisional dan modern dengan apik. Dalam film ini, Xiao Qing tidak dapat menggunakan kekuatan sihirnya atau berubah ke wujud ular, sehingga ia harus memanfaatkan senjata dan keahliannya untuk melawan musuh-musuh yang menghadangnya.



Meskipun tidak ada pertarungan besar berdurasi panjang seperti di film White Snake pertama, porsi adegan perkelahian tetap cukup banyak dan seru. Perkembangan karakter Xiao Qing juga menjadi salah satu daya tarik utama. Xiao Qing yang tempramental dan liar sejak awal perlahan berubah menjadi lebih matang, terutama setelah ia berhasil mengalahkan biksu Fa Hai dalam perjuangan selama 20 tahun. Momen ini sangat memuaskan bagi saya sebagai penonton.



Walau film ini tidak menghadirkan Xiao Bai sebagai tokoh utama, film ini tetap terasa manis karena akhirnya Xiao Qing berhasil menemukan kakaknya kembali. Beberapa detail menarik sengaja tidak saya ceritakan di sini agar teman-teman dapat menikmatinya sendiri saat menonton. Saya harap ada kelanjutan untuk kisah dua kakak beradik siluman ini karena saya sangat menggemari cerita mereka.



Seperti biasa, karakter perempuan berkepala serigala juga hadir dalam film ini sebagai perantara bagi mereka yang ingin keluar dari Asuraville. Karakternya tetap memikat dan menghadirkan sisi menarik tersendiri.

Mungkin sekian ulasan saya tentang film Green Snake. Silakan saksikan film ini di Netflix sebagai pelengkap semesta White Snake yang digarap oleh Light Chaser Animation. Saya juga berencana untuk menjajal film-film lain dari studio ini, seperti Nezha. Semoga ada waktu, ya. Terima kasih telah membaca hingga akhir. Wassalamu'alaikum. 



Gambar : Pinterest, Tangkapan Layar YouTube

Posting Komentar

0 Komentar