Telusuri

Feng Shen Ji Jilid 1 – Ketika Dewa Tak Lagi Mulia


Ketemu lagi dengan satu komik Cina yang benar-benar menggetarkan hati dan mata. Judulnya Feng Shen Ji (封神记), dan penulisnya adalah Zheng Jian He (郑健和)—orang yang juga menulis Xi Xing Ji. Ilustratornya pun sama, yaitu Tang Chi Fai (邓志辉). Jadi tak heran kalau gaya gambar, atmosfer, dan aura megahnya terasa begitu familiar.

Saya sendiri menemukan komik ini setelah beberapa kali melihatnya berseliweran di beranda situs baca komik favorit saya. Awalnya hanya tertarik karena tampilan visualnya yang garang dan berkelas. Tapi begitu tahu penulisnya sama dengan Xi Xing Ji, saya langsung membacanya tanpa pikir panjang. Dan ternyata, saya tidak salah pilih.



Komik Feng Shen Ji bercerita tentang Kaisar terakhir Dinasti Shang, yang menolak mentah-mentah titah dari para dewa untuk menumbalkan rakyatnya. Penolakan itu membuat dirinya dan kerajaannya dimurkai oleh langit. Para dewa agung pun turun tangan, termasuk Tian sang pemimpin tertinggi dewa, untuk menghukum Kaisar Shang secara langsung.

Putra sang kaisar, yaitu Wu Geng (武庚), tidak sepenuhnya setuju dengan keputusan ayahnya, tapi juga tidak bisa menerima kekejaman para dewa. Di tengah kekacauan itu, ibunya yang adalah seorang dewa sejati, menyelamatkan Wu Geng dengan memindahkan jiwanya ke dalam tubuh seorang budak—yang ternyata dulunya pernah bermasalah dengannya. Budak itu bernama Ah Gou (阿狗).



Di sinilah kisah Wu Geng dimulai—terlahir kembali sebagai Ah Gou, hidup dalam tubuh rakyat jelata yang miskin, tertindas, dan penuh dendam.

Itu baru sekilas premisnya saja, karena jujur saja, ini baru permulaan dari kisah panjang yang megah. Dalam satu bab saja, kadang kita seperti membaca tiga kali lipat dari komik biasa, saking padat dan berbobotnya isi per halaman. Dan anehnya, kita tetap bisa menikmatinya tanpa merasa berat.

Yang menarik, dewa-dewa dalam komik ini tidak digambarkan seanggun dan sebijak versi dewa-dewa di Xi Xing Ji. Mereka tinggal di dataran, bukan di langit, dan menjalankan kekuasaan secara langsung di dunia manusia. Namun sayangnya, mayoritas dewa—terutama para dewa agung—digambarkan angkuh, arogan, dan kejam. Mereka memperlakukan manusia hanya sebagai alat untuk memenuhi ambisi mereka.



Contohnya, demi memenuhi permintaan Tian, seluruh budak di pertambangan harus bekerja keras siang malam demi menghasilkan logam langit yang sangat berharga. Termasuk Ah Gou yang kini hidup sebagai budak dan bekerja bersama Bai Cai, calon istri masa kecilnya. Di tambang ini pula, ia bertemu dengan dua karakter penting lainnya: Jiang Shang dan Ah Shi.

Hari-hari mereka berat, penuh penderitaan. Namun keadaan mulai berubah ketika Ah Gou naik jabatan menjadi mandor di salah satu kelompok kerja. Dari sinilah cerita benar-benar mulai mengguncang! 

Pertarungan demi pertarungan disuguhkan secara epik, menampilkan kekuatan dewa, peleburan aura, serta konflik antara kehendak manusia dan dominasi para dewa. Karakter Ah Gou tumbuh, dari anak raja yang lemah menjadi pejuang yang punya tekad baja.



Karena totalnya ada tiga jilid, insya Allah saya juga akan mengulas jilid ke-2 dan ke-3 ke depannya. Petualangan Wu Geng sebagai Ah Gou akan semakin seru saat ia bertemu kakeknya dan mulai membuka tabir takdirnya. Di jilid ini pun sudah terasa sisi emosional, ada bagian yang bikin senyum, terharu, bahkan marah.

Jangkauan cerita di jilid pertama ini memang belum terlalu melebar karena masih dalam tahap pengenalan, layaknya prolog menuju dua jilid berikutnya. Tapi tetap saja, kita sudah diperlihatkan banyak hal menarik: dari sisi kelam para dewa, hingga latar belakang beberapa tokoh penting.

Intinya: seru banget. Saya pribadi sangat merekomendasikan komik ini untuk para pembaca blog saya yang suka kisah mitologi, fantasi epik, dan pemberontakan terhadap tirani. Apalagi di jilid pertama ini saja sudah ada 38 bab, dan semuanya padat, cepat, dan tanpa basa-basi.

Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Gambar : Tangkapan Layar

Posting Komentar

0 Komentar