Film drama China memang tidak pernah gagal membuat penontonnya berdecak kagum. Beberapa bahkan berhasil menguras air mata penonton hingga kering. Pesan dan juga makna kehidupan yang mendalam, selalu bisa jadikan orang yang menontonnya, lebih menghargai dan juga mensyukuri nikmat kehidupan. Menjadi pribadi yang lebih percaya akan kemampuan diri sendiri.
Setidaknya, inilah sekilas makna yang bisa kita ambil dari film drama China yang trending di tahun 2024, berjudul Big World.
Film ini sendiri, mengisahkan tentang perjuangan seorang anak bernama Liu Chunhe yang mengalami penyakit cerebral palsy, berusaha mendapatkan perlakuan yang sama dengan kehidupan “orang normal”, dari lingkungan sekitarnya.
Big World sendiri berhasil mendapatkan ratings tinggi di IMDb, yakni 7.3/10. Ratings tinggi ini, jelas jadi salah satu alasan kuat mengapa kamu harus menontonnya, seumur hidup sekali. Selain tentunya, karena akting Jackson Yee yang memerankan Liu Chunhe, yang tidak main-main.
Saking totalitasnya ia mendalami peran sebagai penderita cerebral palsy, ia sampai harus menjalani terapi untuk menghilangkan pembawaan karakternya dalam film. Luar biasa!!.
Sinopsis dan Alur Cerita
Seperti yang sudah saya sebutkan sekilas di awal artikel, film Big World ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Liu Chunhe. Seorang anak yang sudah berumur 20 tahun, tapi masih membutuhkan bantuan dari orang lain, yakni neneknya, Chen Suqun, untuk aktivitas keseharian.
Bukan karena manja, tapi Liu Chunhe mengalami penyakit cerebral palsy. Buat yang belum tahu, cerebral palsy adalah penyakit yang membuat penderitanya mengalami gangguan gerakan dan juga koordinasi otot tubuh. Gangguan seperti ini, akan membuat seseorang kesulitan berjalan atau berbicara.
Meskipun begitu, Liu tumbuh menjadi pribadi yang selalu yakin kehadirannya dibutuhkan. Ia bahkan berketat untuk memiliki kehidupan seperti orang biasa pada umumnya. Di ulang tahunnya yang ke-17, ia bahkan meminta izin untuk meminum alkohol kepada neneknya. Tapi, Sang Nenek tidak pernah mengizinkannya. Ia baru mendapatkan izin minum alkohol di umur 20 tahun.
Karena memang tubuhnya tidak didesain untuk tahan minum alkohol, Liu seketika mengalami kejang-kejang. Ibunya, Chen Lu, yang baru menjenguk dan melihat anaknya terkapar, langsung memarahi nenek. Di sini, Liu hanya bisa diam, meringkuk serta bersembunyi dalam koper, di dalam kamarnya.
Alasannya bersembunyi di dalam koper pun, akan membuat kamu menangis tersedu-sedu. Sejak kecil, Liu selalu diasuh oleh neneknya. Kehadiran Ibu dan juga Bapak Liu dalam kehidupannya, terbilang jarang. Bisa dibilang bahwa Liu, bukanlah anak yang diharapkan.
Ibu Liu, terkesan overprotective, menganggap Liu sebagai anak lemah yang harus selalu dikasihani. Sesuatu, yang jelas Liu tidak menyukainya. Ibu Liu, hanya ingin anaknya belajar dan belajar, agar masa depannya menjadi lebih baik. Ibu Liu ingin anaknya bisa kuliah.
Hadirnya nenek dalam kehidupan Liu, benar-benar menjadi api semangat untuknya terus berjuang dalam kehidupan. Berjuang menjadi orang biasa. Kehidupan semakin berwarna setelah kehadiran sosok wanita cantik bernama Yaya, yang ia temui dalam grup band musik Lansia neneknya.
Cinta yang seketika timbul, membuat Liu benar-benar ingin menjalani hidup sebagai orang biasa. Ia bahkan sampai bermimpi, bercanda, berlari bersama dengan Liu, layaknya orang biasa lain, yang sedang dalam api asmara. Mimpi ini, menjadi awal dari keberaniannya untuk melamar kerja di sebuah cafe.
Selain bermimpi menjadi orang biasa, Liu juga punya impian menjadi guru. Sebuah impian, yang tidak akan ada yang bisa menghalanginya, kecuali takdir.
Drama dan Sinematografi
Dari segi drama, film ini berfokus memberikan sudut pandang bahwa orang-orang dengan keterbatasan, ingin mendapatkan perlakuan yang sama dari lingkungan sekitarnya. Mereka tidak ingin mendapatkan label anak spesial. Perlakuan yang sama di sini maksudnya, mereka yang punya kesempatan yang sama untuk meraih apapun mimpi mereka, termasuk cinta.
Film ini benar-benar membawa POV orang-orang dengan kebutuhan khusus di kehidupan nyata. Alih-alih dipandang sebagai seseorang yang harus dikasihani, mereka hanya ingin dipandang sebagai orang yang mampu. Film ini, secara tidak langsung mengajarkan kita untuk mulai meninggalkan kata Disable, menuju Difabel.
Meskipun memiliki makna yang selaras, tapi penggunaan kata difabel dianggap lebih halus.
Dari segi sinematografi, Big World benar-benar berhasil membuat penontonnya larut dalam cerita. Bagian klimaksnya adalah ketika Liu mengungkapkan perasaanya kepada Yaya di dalam kamar. Dengan terbata-bata ia membacakan puisi indah untuk Yaya.
Adegan yang awalnya romantis haru ini, seketika berubah menjadi perseteruan keluarga, karena tiba-tiba, Ibu Liu pulang dan memergoki mereka. Selain adegan ini, adegan yang menggambarkan Liu sedang berjalan sendirian saat malam hari, juga sukses menjadikan penonton semakin larut dalam POV orang-orang dengan berkebutuhan khusus.
Kita, manusia yang diberi kelebihan seharusnya lebih bersyukur dan juga seharusnya berusaha memberikan lingkungan inklusif kepada mereka, orang-orang yang berkebutuhan khusus.
Film ini juga sukses mengexplore indahnya pemandangan di China, terutama saat Liu berlatih menabuh drum di taman yang dikelilingi danau.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Secara keseluruhan, film ini sangat-sangat sukses membuat kita larut dalam POV orang dengan kebutuhan khusus. Kita jadi lebih mengerti bagaimana mereka ingin dipandang dan diperlakukan. Mereka tidak ingin dipandang dengan tatapan penuh kasihan, tapi dipandang dengan tatapan penuh semangat dan juga kata “Ayo kamu bisa!, akan ada yang selalu membantumu!”.
Semoga ulasan ini bermanfaat ya. Selamat menonton!!.
Gambar : Dokumen Penulis
Review film ini, adalah tulisan dari Bang Andri Marza Akhda. Seorang penulis konten yang berharap tulisannya dapat memotivasi banyak orang, serta mengeluarkan banyak orang dari sikap fanatisme serta mental feodalisme.
5 Komentar
ide cerita filmnya unik dan masih jarang yang mengangkat cerita dengan tema seperti ini. Bener banget, kita yang diberi kesempurnaan harusnya lebih bersyukur dan lebih peduli dengan saudara-saudara cerebral palsy.
BalasHapusMenarik dramanya, ini yang sering dilupakan yaitu memperlakukan orang dengan disabilitas selalu butuh bantuan padahal belum tentu mereka membutuhkannya. Sepertinya banyak hal yang bisa dipelajari dari drama ini
BalasHapusDracin emang lagi hypenya saat ini. Cerita yang dikemas di dalamnya selalu menguji emosi penonton. Saya juga suka dracin akhir-akhir ini walau belum banyak yg ditonton seperti nonton drakor, tapi jadi kepo juga sama jalan ceritanya
BalasHapusWah ini kalau nonton kayaknya bakal banyak nangisnya ya. Sedih banget dia sampai masuk koper gitu kalau lagi sedih. Emang cuman nenek tempat curhat dan yg paling menerima yaa. Sebaiknya memang kita menganggap Liu anak yang baik saja bukan spesial, sehingga dia bisa lebih percaya diri.
BalasHapusFilm ini layaknya suara dari para difabel bahwa rasa kasihan tidak pernah membuat mereka nyaman. Terkadang tanpa disadari banyak dari kita yang memandang dengan tatapan lain. Meskipun tidak bermaksud menghina, tetapi sorot mata itu bisa menyakiti mereka.
BalasHapus