Telusuri

Viva La Vida (我们一起摇太阳)


Halo, kembali lagi di artikel berisi ulasan film di blog ini. Semoga masih setia membaca di sini, ya. Akhir-akhir ini, saya sedang banyak mengeksplorasi film-film Cina di Netflix. Karena itu, artikel sebelumnya dan yang akan datang mungkin akan dipenuhi ulasan bertema serupa. Tanpa basa-basi lagi, mari kita mulai ulasannya.

Film Viva La Vida (我们一起摇太阳) bercerita tentang Ling Min (凌敏), seorang perempuan muda berusia 20-an tahun yang mengidap penyakit ginjal kronis, yaitu uremia. Penyakit ini membuat Ling Min harus menjalani rutinitas yang ketat dan penuh tantangan setiap harinya, seperti cuci darah dua kali seminggu, menjaga pola makan, dan berbagai perawatan lainnya. Karena putus asa belum mendapatkan donor ginjal, Ling Min membuat keputusan drastis dengan mengadakan sayembara di grup WeChat penderita tumor otak. Ia menawarkan untuk menikah dengan siapa saja yang mau mendonorkan ginjalnya, serta berjanji akan merawat orang tua calon suaminya.



Namun, video sayembara itu segera ia hapus. Tak disangka, seorang pemuda bernama Luu Tu (陆图) merespons unggahan Ling Min dan mengajaknya bertemu untuk membahas lebih lanjut. Dari pertemuan itu, dimulailah kisah mereka yang penuh liku dan emosi.

Seperti biasa, saya tidak menaruh ekspektasi tinggi sebelum menonton film ini. Namun, seperti film-film Cina lain yang saya tonton, Viva La Vida berhasil memberikan kejutan manis. Film ini menggambarkan kehidupan Ling Min yang meski dipenuhi tantangan, tetap memiliki sisi ceria berkat dukungan orang tua, teman-teman, dan pekerjaannya.

Pertemuan pertama Ling Min dan Luu Tu di awal film memberikan kesan lucu sekaligus hangat. Luu Tu mencatat kebiasaan Ling Min dalam buku kecilnya untuk menilai kecocokan mereka, meskipun Ling Min sudah tidak berniat mencari donor ginjal dengan cara seperti itu. Sikap Luu Tu yang penuh perhatian dan pantang menyerah menjadi sorotan utama film ini.



Film ini juga menyajikan momen-momen unik yang menggelitik, sekaligus menyentuh hati. Luu Tu sendiri memiliki kondisi kesehatan yang serius akibat tumor otak, namun ia tetap berusaha membantu Ling Min. Keakraban mereka semakin mendalam ketika sebuah kejadian memaksa mereka tinggal bersama untuk sementara waktu. Interaksi mereka di momen-momen ini dipenuhi canda tawa, serta percakapan yang mengungkap sisi emosional mereka.

Berbeda dari film romantis pada umumnya, Viva La Vida menghadirkan kesederhanaan yang natural. Contohnya, Ling Min digambarkan sangat realistis: ketika di rumah, ia tampil tanpa riasan, dengan wajah yang terlihat lelah, namun tetap menawan dalam kesederhanaannya. Sebaliknya, saat ia pergi bekerja atau menghadiri acara, Ling Min tampil cantik dan rapi. Detail ini membuat karakternya terasa lebih nyata dan dapat diterima oleh penonton.



Hubungan Ling Min dan Luu Tu semakin kuat ketika Luu Tu dengan serius mengajak Ling Min menikah. Mereka melangsungkan pernikahan di Biro Urusan Sipil dengan cepat dan sederhana, sebuah momen yang menunjukkan ketulusan hubungan mereka. Tujuan utama Luu Tu menikahi Ling Min adalah agar ia bisa mendonorkan ginjalnya untuk menyelamatkan Ling Min.

Akting para pemain dalam film ini sangat mengesankan. Ling Min dan Luu Tu berhasil membawa emosi yang kuat ke layar, membuat penonton merasa terhubung dengan perjalanan mereka. Selain itu, peran kedua orang tua mereka, meskipun tidak banyak muncul di awal cerita, memainkan peran penting menjelang akhir film, memberikan konklusi yang emosional dan memuaskan.

Saya sangat merekomendasikan Viva La Vida bagi Anda yang mencari film dengan cerita unik, emosional, dan menyentuh hati. Film ini juga menjadi salah satu alasan saya menggemari aktris Li Gengxi yang memerankan Ling Min. Terima kasih telah membaca ulasan ini hingga akhir. Wassalamu'alaikum.



Gambar : Pinterest, Tangkapan Layar YouTube

Posting Komentar

0 Komentar