Media sosial saat ini, tengah disibukkan dengan berbagai
fenomena menakjubkan dari “bagusnya” pemerintahan sekarang. Ya, ketika membuka
media sosial baik itu di Instagram, TikTok atau Facebook, hampir semua konsumsi
konten warganet tertuju pada topik politik.
Topik yang semua orang bisa membahasnya, tapi tidak semua
orang bisa memahaminya, bahkan oleh orang-orang yang strata sosialnya lebih
tinggi sekalipun, apalagi untuk mereka-mereka yang fanatik personal, kepada
SIAPA PUN ITU.
Untuk bisa memahami politik, kita perlu membuka cakrawala
pengetahuan lebih luas. Membuka mata hati selebar-lebarnya, bahwa tidak ada
yang sempurna. Tidak pernah ada. Kita harus sadar akan urutan prioritas yang
sebenarnya.
Di mana keadilan untuk bersama lah, yang harus lebih sering
kita perdebatkan. Nilai inilah yang seharusnya lebih sering kita pertahankan,
ketimbang membela personal orang lain. Tak ada untungnya membela kesalahan dari
mereka-mereka yang berada di atas dan memang bekerja untuk kita. Kecuali jika
kamu telah melupakan urutan prioritas, dan berorientasi pada uang dan jabatan.
Ada banyak yang harus dibuang jauh-jauh ketika membahas
politik. Salah satunya adalah mental feodal. Jika mental seperti ini sudah kamu
buang jauh-jauh, percayalah, kamu akan lebih memahami, betapa bahagianya
memperjuangkan hak untuk keadilan bersama.
![]() |
| Christine Collins (Asli) |
Hal-hal seperti inilah yang pada akhirnya menjadikan masyarakat Amerika Serikat di tahun 1920-an, tergerak untuk membantu nasib Christine Collins. Seorang Ibu yang tak pernah mendapatkan jawaban dari kehilangan anaknya yang bernama Walter Collins. Christine sendiri, diketahui sebagai seorang janda.
Bangsatnya, kehilangan yang dirasakan oleh Collins ini,
dijadikan sebagai ajang pencitraan untuk polisi di negara bagian, California.
Collins bahkan sempat dianggap gila dan dipaksa masuk Rumah
Sakit Jiwa karena dianggap tidak lagi mengenali anaknya yang “sudah berhasil
ditemukan” oleh polisi, tepatnya ditemukan oleh Departemen Kepolisian Los
Angeles.
Mereka memasukkan Collins di rumah sakit dengan kode pasien
“12”. Sebuah kode yang diberikan untuk “pasien khusus” yang membangkang polisi.
Sebuah kode di mana “pasien” tersebut dipaksa untuk mengakui baiknya polisi.
Jika tidak mau, maka petugas di RSJ tersebut akan membuat pasien khusus ini,
benar-benar sakit jiwa.
Dipaksa meminum obat penenang dengan dosis tinggi, dan juga
disetrum.
Jadi, perlu diketahui bahwa pada saat itu di California,
Amerika Serikat. Polisi memiliki kewenangan penuh untuk memasukkan seseorang ke
Rumah Sakit Jiwa tanpa diperlukan proses pengadilan.
Christine jadi salah satu korban dari kebijakan yang gak
bijak ini. Beruntungnya, di sana Christine ditemani oleh teman senasib, Carol
Dexter.
Polisi yang saat itu juga tengah kehilangan muka karena
berbagai kasus korupsi, dan hal hal keji lainnya. Bersikeras bahwa anak yang
mereka temukan adalah putra dari Collins. Mereka memaksa Collins untuk mengakui
bahwa itu adalah anaknya di depan media.
Agar apa?, agar wajah organisasi polisi yang sudah hancur
penuh dengan kudis itu, bisa perlahan pulih.
“Kerja bagus polisi, kalian benar-benar bekerja”.
Mungkin itulah kata-kata yang ingin didengar oleh Polisi California, terlebih untuk Kapten J.J Jones.
![]() |
| Kapten J.J Jones (Asli) |
Namanya juga seorang Ibu, bagaimana mungkin ia lupa dengan bentuk wajah dan postur tubuh anaknya sendiri?.
Awalnya J.J berusaha membodohi naluri seorang Ibu dengan
mengatakan tinggi Walter yang berkurang 3 inchi dari sebelumnya, disebabkan
oleh trauma. Ia bahkan sempat mendatangkan dokter untuk memperkuat argumennya
itu.
Collins yang sedari awal tahu bahwa anak yang dibawa polisi
ini bukan anaknya, terus melakukan pembuktian.
Pertanyaan sederhana inilah yang juga, pada akhirnya membawa
pendeta Gustav dan masyarakat lainnya tergerak untuk melawan kelicikan polisi.
Pendeta Gustav memegang peranan penting dari manipulasi
polisi ini. Dialah orang yang pertama kali sadar bahwa Collins tidak pernah
kelihatan sejak dibawa ke kantor polisi oleh Kapten J.J Jones.
Pendeta Gustav dan ribuan rombongannya melakukan demonstrasi
besar-besaran untuk meminta Collins, dibebaskan dari RSJ. Kurang lebih 7 hari,
Collins berada di tahan di Rumah Sakit Jiwa.
Perjuangan mereka membuahkan hasil yang manis. Selain
berhasil mengungkapkan kelicikan Polisi, perlawanan Collins ini juga
menggerakkan hati polisi yang baik untuk terus melakukan penyelidikan terhadap
hilangnya Walter Collins. Kasus yang sempat mau ditutup oleh Kapten J.J Jones.
“Kebetulan”, hilangnya Walter Collins ini bersamaan dengan
hadirnya berita pembunuh berantai dari Los Angeles, Gordon. Pembunuh berantai
ini, menyekap korban-korbannya di kandang ayam kota Wineville. Dan Walter
Collins, sempat menjadi calon korban dari kebengisannya.
Walter Collins berhasil kabur di malam hari, saat ia akan
dieksekusi. Kejadian kaburnya Walter ini, baru terungkap dari mulut David Clay.
Salah satu korban lainnya, yang selamat dari kebengisan Gordon. Ia mengatakan
kepada polisi baik, bahwa salah satu sebab ia bisa kabur adalah karena Walter
membantunya. Selepas kabur dari kandang ayam itu, David tak pernah lagi bertemu
Walter.
![]() |
| Pembunuh Gordon |
Singkat cerita, pembunuh itu berhasil ditangkap. Kapten J.J Jones dan juga atasannya, ditelanjagi habis-habisan oleh kesaksian Collins dan pengacara baik, Sammy "S. S." Hahn. Pengacara baik yang menawarkan jasanya gratis dan mengambilnya kasus ini, secara pro bono.
Wali Kota Los Angeles saat itu, George Cryer bahkan
memutuskan untuk tidak maju lagi karena rasa malu yang besar.
Adapun misteri kehilangan Walter Collins, tak pernah
terungkap. Sampai akhir hidup dari Christine, ia tak pernah tahu apakah anaknya
masih hidup.
Tapi, Christine Collins tak pernah berhenti untuk berharap.
Keberanian anaknya untuk membantu David Clay bisa kabur, menjadi api semangat
untuknya terus hidup dan tak meratap.
Inilah sedikit review dari film yang terinspirasi dari kisah
nyata Christine Collins di tahun 1920-an, berjudul Changeling. Film ini
dibintangi oleh Angelina Jolie dan juga John Malkovich. Keduanya memerankan
sosok Christine Collins dan pendeta Gustav.
Di IMDB, film ini mendapatkan ratings 7.7 dari 10. Ada banyak detail lainnya yang mimin lewatkan dari film ini. Tapi, mimin berani jamin, film ini akan membuatmu banjir air mata.
Artikel ini dibuat oleh Bang Andri Marza Akhda, partner saya untuk kedepannya 😁. Beliau seorang blogger yang begitu aktif menulis berbagai hal unik serta menarik. Mulai dari teknologi, tips dan trik, budaya populer dan banyak lagi. Nantikan tulisan-tulisan keren beliau di blog ini ya.Silakan berkunjung ke blognya ya untuk membaca tulisan-tulisan beliau Andri Akhda.




0 Komentar